Lombokvibes.com, Lombok Utara– Kasus kematian Rizkil Watoni, pemuda Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, tak hanya meninggalkan duka bagi orang tua dan keluarga dekat. Sebagian besar masyarakat di Pulau Lombok, bahkan kalangan artis juga merasa getir dan kehilangan.
Rizkil Watoni, putra semata wayang Amaq Nasrudin, dikenal dengan keuletan dan sifat pekerja kerasnya. Menjadi tulang punggung keluarga, Rizkil Watoni rela berjualan es keliling setelah pulang bekerja dari kantor.
Keuletan dan kegigihan Rizkil Watoni merupakan buah hasil perjalanan yang menempa hidupnya. Semasa lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Rizkil diketahui pernah menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI/PMI) untuk mencari biaya kuliah ke negeri Jiran.
Dia kemudian berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu kampus di Malang, Jawa Timur. Pada tahun, 2023 lalu, ia lulus menjadi ASN PPPK (P3K) dan menjadi staf teknis di Dinas PUPR Lombok Utara.
Perjalanan itu, ia tempuh dengan tak ada rasa lelah. Ia tetap semangat menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan es. Sungguh pemuda yang gigih dan tak kenal lelah.
Namun, nama Rizkil Watoni kini tinggal kenangan. Nyawanya tak tertolong usai memutuskan mengakhiri hidup dengan cara menggantung d1r1. Ia tak kuasa menahan beban mental akibat dugaan pemerasan yang dilakukan oleh oknum berseragam cokelat.
Diduga meninggal akibat pemerasan
Rizkil Watoni disebut-sebut meninggal akibat pemerasan yang dilakukan oleh oknum berseragam cokelat di Polsek Kayangan, Lombok Utara. Pemerasan yang dilakukan membuat Rizkil tak kuat menahan beban mental, hingga depresi.
Menurut ayahnya, Nasrudin, Rizkil diperas oleh oknum polisi yang meminta uang sebesar Rp15 juta atas kasus pencurian smartphone (HP). Nominal yang diminta itu seketika berubah menjadi Rp90 juta selang 3 (tiga) hari Rizkil tak kunjung membayarkan.
Diceritakan ayah Rizkil, kasus pencurian bermula ketika rekaman CCTV di Gerai Alfamart Kayangan tersebar di sosial media. Video rekaman CCTV itu pertama kali diunggah oleh akun Facebook bernama “Video Randomm”. Dalam video itu, terlihat Rizkil tampak memasukkan HP yang ada di depan tasnya pasca membayar di kasir Alfamart.
Selang beberapa jam, Rizkil menyadari bahwa itu bukan HP miliknya. Sehingga, ia mengembalikan HP itu kepada pemiliknya disertai dengan mediasi. Bahkan, Rizkil juga membayarkan denda uang Rp2 juta.
“Kami telah menyelesaikan persoalan dugaan pencurian itu, kami sudah sepakat damai dengan pemilik HP. Bahkan, kami memberikan uang sejumlah Rp 2 juta untuk perdamaian itu,” cerita Nasrudin, kemarin.
Peristiwa kesalahpahaman pencurian HP itu telah selesai dan menemukan titik terang bersepakat untuk damai. Namun, Rizkil Watoni nyatanya tetap didatangi dan bahkan dibawa ke kantor polisi.Menurut Nasrudin, Rizkil diinapkan selama satu malam dengan kondisi tangan terborgol di Polsek Kayangan.
Pasca kejadian itu, Rizkil terus mendapatkan teror untuk membayarkan uang senilai Rp15 juta, yang kemudian menjadi Rp90 juta.
“Saya pikir ini yang mengakibatkan anak saya bunuh diri, karena depresi dengan tekanan oleh oknum aparat ini. Almarhum sering dihubungi lewat telpon,” sebut Nasrudin.
Detik-detik Rizkil Watoni ditemukan meninggal dunia
Sore itu, menjadi tak terlupakan bagi Nasrudin, ayah Rizkil Watoni. Dia seperti kehilangan akal usai menemukan anaknya tergantvng di kamarnya. Seutas tali nilon dan sebuah kursi yang menjadi pijakan Rizki, menjadi saksi kepergian anak semata wayangnya.
Nasrudin bercerita, ia hendak berpergian ke suatu tempat menjelang berbuka sore itu. Namun, anaknya tampak tak bersuara semenjak beberapa waktu yang lalu. Di tangannya, ia sudah membawakan es dan gorengan kesukaan Rizkil untuk berbuka.
Namun, naas, bak hantaman bom, seketika dunia Nasrudin berubah gelap. Anak kesayangannya, sudah pergi.
“Saya panggil-panggil tidak nayut, saya dobrak pintu, dan ternyata sudah keluar l1dahnya,” kenang Nasrudin dengan penuh duka.
Warga marah, membakar Polsek Kayangan
Kilatan api malam itu mewakilkan amarah warga, (17/3/2025). Massa yang berasal dari Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, melampiaskan amarahnya hingga mengakibatkan kerusakan pada fasilitas kantor polisi.
Kasi Humas Polres Lombok Utara, IPDA I Made Wiryawan, membenarkan kejadian tersebut. Saat dikonfirmasi, ia menyatakan bahwa kondisi saat ini sudah kondusif, namun pihak kepolisian masih belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait kronologi kejadian.
“Saya sudah di TKP, kondisi sudah kondusif. Untuk kronologi kejadian, kami belum bisa memberikan keterangan lebih, nanti saja ya. Terima kasih,” ujarnya.
Dalam insiden ini, tiga unit sepeda motor terbakar, serta jendela kaca dan televisi mengalami kerusakan akibat amukan massa. Mereka mengamuk seolah sudah muak dengan aksi dan hukum di negeri ini. (*)