Zahria Febrianty, gadis kecil yang jadi dalang perempuan pertama di Lombok

Property of Lombokvibes.com
Property of Lombokvibes.com

Lombokvibes.com, Lombok Barat– Di tengah sejuknya malam di Dusun Pembuwun, Lombok Barat, sebuah suara nyaring khas wayang Sasak terdengar dari teras sebuah rumah sederhana. Suara itu bukan berasal dari seorang pria paruh baya seperti biasanya, melainkan dari seorang gadis kecil bernama Zahria Febrianty. 

Lahir pada 4 Februari 2013, Zahria baru saja menamatkan sekolah dasar, namun semangat dan kemampuannya dalam seni pedalangan telah membuatnya dikenal sebagai dalang perempuan pertama dalam sejarah wayang Sasak.

Sejak usia dini, Zahria menunjukkan minat besar terhadap dunia wayang. Ia kerap menonton pertunjukan yang dibawakan ayahnya, Ahmad Nur, anggota Sanggar Seni Jati Suware. 

Melihat kecintaan putrinya terhadap budaya ini, sang ayah pun membuatkan kelir wayang kecil sebagai sarana belajar. Di sinilah Zahria memulai langkahnya, berlatih memainkan tokoh-tokoh wayang di bawah bimbingan sang ayah dan Dalang Sukardi, seorang maestro wayang Sasak yang juga memimpin sanggar seni tersebut.

Menurut Ahmad Nur, kecintaan Zahria terhadap wayang tumbuh begitu alami. Ia menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat penting untuk membentuk semangat anak dalam menekuni bakatnya. “Saya buatkan kelir kecil agar Zahria bisa terbiasa memainkan wayang di rumah. Saya ingin dia bisa melanjutkan tradisi ini,” ujar sang ayah.

Dalang Sukardi pun tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Baginya, Zahria bukan hanya murid yang berbakat, tetapi juga simbol harapan bagi regenerasi dalang dalam budaya Sasak. 

“Zahria adalah dalang anak perempuan pertama dalam tradisi wayang Sasak yang saya ketahui. Ini luar biasa. Dunia pedalangan selama ini didominasi laki-laki, tapi dia berani melangkah keluar dari pakem itu,” katanya.

Tak hanya berlatih di rumah, Zahria juga telah tampil di berbagai panggung. Salah satu momen paling membanggakan adalah saat ia didaulat menjadi dalang dalam acara Anugerah Desa Wisata di Desa Buwun Sejati. Di sana, ia tampil di hadapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dan mendapat sambutan hangat.

“Aku senang sekali waktu tampil di acara itu. Rasanya bangga campur deg-degan. Aku ingin bisa pentas lagi di tempat yang lebih besar,” kata Zahria polos namun penuh semangat.

Kini, dengan dukungan orang tua, sang guru, dan komunitas seni di sekitarnya, Zahria terus mengasah kemampuan. Keberaniannya tampil di ruang yang jarang dimasuki perempuan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia bukan hanya menghidupkan kembali budaya wayang Sasak, tetapi juga menunjukkan bahwa tradisi bisa diwariskan tanpa batasan gender.

Langkah Zahria mungkin masih kecil, namun nyala semangatnya besar. Ia adalah lentera kecil dari Lombok yang menerangi jalan masa depan pedalangan Sasak, membawa harapan baru bagi kebudayaan yang nyaris terpinggirkan oleh zaman.

< a title=" milad bima 2025" target="_blank">

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *