Lombokvibes.com, Lombok Utara — Setiap daun selada hijau dan pakcoy yang tumbuh rapi di halaman rumah Siti Rukmana, atau akrab disapa Lena Mecun, adalah bukti bahwa kegagalan bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang lebih baik.
Usaha Lena, Lena Mecun Hydrofarm, kini menjadi kebanggaan keluarga dan inspirasi warga sekitar. Namun, perjalanan ini tidak mudah.
Pada tahun 2020, Karta Yadi, suami dari Lena, mencoba menanam sayuran hidroponik menggunakan botol plastik bekas karena keterbatasan modal. Hasilnya? Gagal total.
“Belum menguasai ilmunya, akhirnya kami berhenti dulu,” cerita Lena kepada Lombokvibes, Minggu (19/10/2025).
Tiga tahun kemudian, di tahun 2023, pasangan muda ini memutuskan untuk mencoba lagi dengan pendekatan yang lebih serius. Mereka membeli lima pipa paralon untuk menanam seratus pohon sayuran. Kali ini, hasilnya memuaskan.
“Alhamdulillah berhasil. Dari situ kami terus belajar sambil menanam, sedikit demi sedikit nambah instalasi, sampai sekarang bisa produksi lebih dari seribu pohon,” ujar Lena.
Belajar Otodidak, Pelanggan Berdatangan
Lena dan Karya belajar membangun kebun hidroponik secara autodidak, menimba ilmu dari media sosial dan pengalaman langsung. Hasilnya, kini Lena Mecun Hydrofarm menarik berbagai kalangan pelanggan. Warga sekitar, toko sayur di Tanjung, restoran di kawasan wisata Gili, bahkan tim Makan Bergizi Gratis (MBG) meminta suplai hingga 65 kilogram per hari.
“Belum sanggup kami penuhi karena produksi masih terbatas. Sekarang fokus dulu melayani pelanggan rumah tangga dan toko sayur,” jelas Lena.
Banyak pelanggan justru datang langsung untuk memetik sayurannya sendiri.
“Katanya sensasinya beda, bisa lihat sendiri tanamannya dan tahu sayur itu dipetik baru,” sebutnya.
Selain itu, ia juga melayani COD untuk wilayah Tanjung. Promosi dilakukan lewat Facebook Lena Mecun Hydrofarm dan WhatsApp, cara sederhana yang efektif menarik pelanggan baru.
Menanam Harapan, Panen Setiap Hari
Kini, Lena mengelola delapan jenis sayuran hidroponik: selada hijau dan merah, pakcoy hijau dan merah, sawi samhong, basil, kangkung, dan pagoda. Selada merah menjadi tanaman paling sulit karena tingkat keberhasilannya rendah saat pembenihan.
Untuk menjaga kualitas, Lena rutin memeriksa nutrisi, pH, dan kadar PPM minimal dua hari sekali. Sistem rotasi panen diterapkan agar sayuran selalu tersedia setiap hari untuk pelanggan. Dari usaha ini, Lena bisa meraih omzet Rp1,5 hingga Rp1,7 juta per panen.
“Alhamdulillah, dari hobi jadi sumber rezeki. Hidroponik ini juga enaknya gak perlu siram tiap hari, cukup kontrol alatnya,” katanya.
Mimpi yang Masih Tumbuh
Meski belum mendapat dukungan dari pemerintah desa atau daerah, Lena tak khawatir.
“Belum kepikiran ke sana, takutnya permintaan besar tapi produksi kami belum siap,” katanya.
Tantangan terbesar justru hal sederhana: menambah pipa paralon untuk memperluas instalasi.
Kini, dari halaman rumahnya di Telotok, Lena membuktikan bahwa kegagalan hanyalah langkah awal. Dari botol plastik bekas yang gagal, kini ia menanam ribuan pohon sayuran sekaligus menumbuhkan harapan. Setiap daun hijau adalah simbol tekad, ketekunan, dan keberanian untuk mencoba lagi, sebuah kisah inspiratif yang membuktikan bahwa kegagalan bisa menjadi pintu menuju kesuksesan.
Jika Anda ingin memesan secara online sayur segar milik Lena Mecun Hydrofarm, Anda bisa mengunjungi akun Facebook Lena Mecun Hydrofarm” dan melalui WhatsApp di nomor 082340060551.