Lombokvibes.com, Mataram– Masa pemberian Makanan Pendamping ASI atau MPASI memang memerlukan pengetahuan dan ketelatenan yang cukup dari orang tua anak dan lingkungan sekitar.
Banyak masyarakat awam tidak mengetahui bagaimana memberikan asupan gizi MPASI yang tepat agar tumbuh kembang sang anak optimal. Meskipun saat ini dunia digital berkembang pesat dengan kemajuan teknologi, namun masih saja para orang tua tidak dapat memberikan asupan yang tepat.
Hal tersebut dikarenakan para orang tua tidak mendapati sumber yang valid dan dapat dijadikan rujukan. Alih-alih mengatasi susahnya anak untuk makan karena disebabkan oleh hal tertentu, justeru para orang tua terutama ibu-ibu muda tergeret dengan resep-resep MPASI yang kurang tepat.
Jikalau mengutip kata dr.Tan shot yen, seorang ahli gizi masyarakat Kemenkes RI, saat ini banyak para ibu-ibu terbawa arus influenser dalam pemberian MPASI. Miskin nutrisi, kebanyakan aksesoris.
Hal tersebut tentulah tidak terlalu baik. Oleh karenanya, dr Tan melalui akun sosial medianya tak henti-hentinya memberikan edukasi yang tepat, terutama untuk para kader posyandu dan tenaga kesehatan sebagai gerbang utama pencegahan stunting.
Ia pun membeberkan tiga hal yang haram atau wajib dihindari saat pemberian MPASI.
Pertama, memberi makan dengan contong plastik. Dr Tan mengimbau agar para orang tua tidak memberikan anak makan dengan plastik. Karena anak bisa beresiko menelan mikro plastik.
“Plastik anda bukan wadah ramah pangan. Beresiko terkontaminasi zat berbahaya dan tidak higenis” jelasnya pada lama akun instagram pribadinya @drtanshotyen.
Kedua, memberikan anak pindang keranjang. Meski ikan adalah sumber protein yang baik, namun tak semua ikan dapat diberikan. Seperti halnya pindang keranjang. Dr Tan pun menjelaskan mengapa anak tidak boleh diberi ikan pindang, karena ikan pindang mengandung garam yang tinggi, beresiko busuk, dan bukan ikan segar.
“Ini anak bukan makan ikan, tapi awetan” tegasya.
Ketiga, memberikan anak makan telur asin. Telur juga memang sumber protein yang baik, terlebih telur dapat mencegah stunting. Namun, telur asin bukanlah jawaban yang tepat. Hal itu karena telur asin mengandung garam yang tinggi serta ginjal anak belum siap menerima pangan yang bergaram tinggi.
“Kebiasaan makan pangan asin saat kecil akan terbawa hingga dewasa,” ujarnya.
Oleh karenanya, dr Tan mengimbau agar para orang tua memberikan pangan yang segar. Bukan diawetkan.