Lombokvibes.com, Mataram– Beberapa waktu terakhir, kemarau panjang melanda Indonesia. Tak terkecuali NTB. Bahkan, di sejumlah tempat, krisis air bersih pun semakin tinggi akibat kekeringan.
Di Kabupaten Lombok Utara, misalnya, sejumlah desa harus membeli air bersih dengan harga yang cukup mahal per liternya. Hal ini tentu saja berdampak pada pengeluaran biaya hidup masyarakat.
Tak hanya soal kebutuhan air, nyatanya, harga bahan pokok seperti beras pun kian membuat masyarakat menjerit. Per kilogram beras bisa mencapai angka Rp.14.000 untuk beras yang biasa.
Harga beras ini pun dipicu akibat kekeringan. Curah hujan yang semakin berkurang membuat hasil panen padi menurun.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karyani mengungkapkan, kondisi kemarau kering diprediksi terjadi antara bulan Agustus hingga awal September dengan kondisi jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020-2022.
“Dampak perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak,maka ketahanan pangan nasional akan terancam” ujarnya seperti yang dikutip dari laman facebook Green Peace Indonesia.
Akibat kemarau kering ini pun, hasil panen padi masyarakat akan menurun drastis. Sehingga, harga beras pun melonjak naik melebihi beras rata-rata tertinggi pada tahun 2022.
Kondisi kemarau panjang yang berdampak pada mahalnya harga bahan pokok serta skses air bersih ini merupakan bukti nyata dampak krisis iklim semakin besar. Terlebih kondisi ini juga tengah dipicu oleh fenomena alam el nino di Indonesia.