Mengenal istilah Carbon Capture and Storage yang diklaim industri fosil dapat memerangi krisis iklim

Lombokvibes.com, Jakarta– Pada saat debat Cawapres beberapa waktu lalu, Gibran Rakabuming Raka, paslon dari Prabowo Subianto, nampaknya sempat menanyakan kebijakan mengenai carbon capture and storage.

Secara harfiah, carbon capture and storage bisa diartikan sebagai penangkapan dan penyimpanan karbon (Co2).

Istilah ini biasanya digunakan oleh industri minyak bumi atau batubara dengan sistem carbon sequestration atau mengubur miliaran ton karbon dioksida di bawah tanah agar tidak menyebabkan pemanasan global dan membuat krisis iklim.

Mereka mengklaim mampu menangkap karbon dioksida dari pembangkit listrik batu bara dan cerobong asap industri, menyalurkan melalui pipa, kemudian menyimpan secara permanen dalam formasi batuan bawah tanah dan akuifer.

Selintas, istilah ini terdengar keren dan memberi kesan bahwa industri batu bara dan minyak bumi seperti tidak akan merusak bumi kita meski tetap mengeruk isinya.

Namun, pada dasarnya, hal ini hanyalah tipuan di balik istilah. Faktanya, industri ini tetap merusak bahkan lebih parah. Karena, industri fosil ini memompa lebih banyak karbon dioksida ke dalam tanah dengan tujuan mengeluarkan lebih banyak minyak dan gas!

Wow! Mengerikan bukan? Klaimnya adalah mengatasi pemanasan global dna krisis iklim dengan teknik ini, namun nyatanya teknik carbon capture and storage (CCS) ini justeru merusak bumi lebih parah dan mengeruk bumi lebih parah juga.

Lalu, mengapa teknologi CCS ini juga tidak pantas diterapkan? Selain hanya merusak bumi, teknologi ini belum terbukti dan menelan ongkos yang cukup mahal.

Biaya CCS ini setidaknya 40% lebih mahal dibandingkan dengan tenaga surya, 125% lebih mahal dibandingkan energi angin, dan 260% lebih mahal dibandingkan energi panas bumi.

Lalu apa solusi terbaik?


Indonesia sudah memiliki hutan yang luar biasa sebagai paru-paru dunia dan sebagai penangkap dan penyimpan karbon yang sesungguhnya. Dengan memberikan wewenang kepada masyarakat adat untuk menjaga dan merawat hutan, kita akan bisa memerangi krisis iklim.

Selain itu, kita juga harus segera melakukan transisi ke energi terbarukan dengan masif dan segera, agar ketergantungan kita terhadap energi fosil yang kotor bisa kita kurangi dan hentikan.

Daripada mendorong regulasi terkait teknologi Carbon Capture and Storage yang belum terbukti keberhasilannya, yuk lebih baik para Capres dan Cawapres mendorong perlindungan hutan dan lahan gambut, serta solusi-solusi di atas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *