Lombokvibes.com, MATARAM- Gangguan informasi hoaks (informasi palsu/bohong) yang berkaitan dengan isu politik mengalami peningkatan yang tajam menjelang Pilkada 2024.
Berdasarkan hasil riset Koalisi Cek Fakta.com yang terdiri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), dari bulan Januari-Juni 2024 (semester I), ada 2119 hoaks politik yang ditemukan.
Trainer Cek Fakta, Syifaul Arifin, yang juga merupakan jurnalis Solopos.com, mengatakan, hoaks politik ini banyak ditemukan di sosial media. Dua platform yang menjadi sarang bertelurnya hoaks adalah Facebook dan YouTube.
“Kalau WhatsApp mungkin banyak, tapi karena privat, kita sulit memiliki akses yang lebih jauh,” ujar dia, di Mataram (12/10/2024).
Hal yang sama juga terjadi di platform sosial media lainnya, seperti tiktok, instagram, dan telegram.
Namun, dia memastikan, hoaks sangat menjamur dan diprediksi mengalami peningkatan yang terus menerus terutama pada momen Pilkada ini.
“Hoaks ini terus bertambah, media sosial menjadi sarang hoaks yang sangat berbahaya. Kadang bikin stres teman-teman pemeriksa fakta,” bebernya.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh media dengan banyaknya hoaks yang muncul?
- Berkolaborasi
- Memastikan kuatnya standar etika di semua media
- Melakukan de-bunk terhadap semua sumber informasi dan konten
- Berperan dalam literasi dan mengingatkan masyarakat soal potensi ancaman gangguan informasi
- Tidak berkontribusi dalam penyebaran konten palsu
“Media harus berkolaborasi agar dapat menekan penyebaran hoaks,” ujar dia yang akrab disapa Paul itu.
Selain itu, media juga tidak boleh ikut andil dalam penyebaran konten palsu.
“Contoh sederhananya adalah tidak menampilkan iklan hoaks di website teman-teman,” gelitiknya. (*)