Alasan penting kenapa kamu harus berhenti beli baju fast fashion meski sedang trend

Lombokvibes.com, Mataram- Industri tekstil atau pakaian tengah menghadapi fenomena fast production atau produksi kilat mengikuti permintaan pasar.

Trend yang diciptakan dan dibawa oleh industri hiburan dengan cepat memengaruhi daya konsumsi publik. Tak tanggung-tanggung, industri fesyen sendiri pun harus bergerak mengikuti apa yang dunia inginkan. Oleh karenanya, pakaian yang dulunya diproduksi hanya empat kali dalam setahun berdasarkan musim (panas, dingin, semi, dan gugur) kini tak memandang itu semua lagi.

Industri fesyen memproduksi jutaan pakaian setiap harinya, bahkan setiap jam mengikuti apa yang sedang trend. Itulah kenapa, saat ini, fast fashion atau pakaian kilat tengah menjadi peluang bagi para pebisnis namun ancaman bagi lingkungan dan kehidupan manusia.

Berikut adalah alasan kenapa kamu sebagai konsumen harus berhenti membeli pakaian fast fashion meski sedang nge-trend.

Seorang dosen di LaSalle college Indonesia, Dino Augusto, yang telah mengajar industri kreatif selama 11 tahun mengungkap kejahatan di balik industri fast fashion.

Industri fast fashion memproduksi pakaian selama 52 season, atau 52 kali. Sehingga, setiap minggu selalu ada barang-barang baru.

Industri fashion tetap menciptakan barang-barang baru sehingga setiap kali, para konsumen yang belum membeli akan merasa ketinggalan jaman.

Mereka sengaja menciptakan permintaan pasar/demand dari konsumen yang tinggi sehingga mereka dapat memproduksi banyak barang. Imbas dari fast fashion ini pun tidak main-main.

Pertama, karena industri fast fashion memproduksi selama 24 jam sehingga emisi karbon dan limbah pun terjadi selama 24 jam.

Yang kedua, para pekerja di industri fast fashion dibayar sangat rendah. Yakni di bawah upah minimum. Hal ini tentunya sangat tidak adil bagi para pekerja.

Kemudian, karena fast fashion diproduksi secara cepat, maka bahan benang yang digunakan pun tidak alami. Yakni benang sintetis atau yang berasal dari kimia, dan hal ini tidak bisa diurai atau tidak dimusnahkan.

Bahkan, toko-toko yang memiliki barang tidak laku, akan langsung dibuang begitu saja.

“Akhirnya hanya menjadi sampah, limbah” tegas Dino di akun media sosialnya seperti yang dikutip oleh unggahan akun facebook David Skizoid (14/10/2023).

Limbah-limbah pakaian tersebut dibuang di land field, tanah kosong seperti di Ghana atau ke laut Cina Selatan. Dan tentunya mencemari daratan dan lautan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *