Lombokvibes.com, Mataram– Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada anak yang tengah GTM atau Gerakan Tutup Mulut tentu sangatlah menguras emosi dan energi bagi para orang tua.
Banyak ditemukan para orang tua kerap mengeluh karena anak tak hanya melepeh makanan, tetapi mengunci mulut rapat-rapat atau bahkan membuang dan membanting makanan.
Menanggapi hal tersebut, ahli gizi masyarakat dr.Tan Shot Yen M.Hum mengimbau agar para orang tua belajar mengenali anak.
“Anak anda tiap hari berubah. Dia tidak lagi sama dengan bayi sebulan sebelumnya. Apakah para orang tua paham cara pemberian makanan pada anak itu mengikuti alur pertumbuhan nya?” Kata dr.Tan dikutip dari akun instagram pribadinya @drtanshotyen.
“Kok anak saya hoooeeek? = naik tekstur” jelas dr.Tan.
Ia menjelaskan, istilah tekstur itu ada halus, bergelindir, dan kasar. Sementara konsistensi itu adalah encer-kental-padat.
“Mpasi bubur bayi dimulai dari teksturnya halus konsistensinya kental. Jatuh perlahan” katanya.
Anak dikatakannya, hanya siap naik tekstur jika refleks mengunyah sudah ada dan oromotornya cukup terstimulasi.
“Dari kental dan halus, akhir bulan ke -7, padatkan bubur mirip adonan perkedel yang bisa dijimpit tapi tekstur masih halus” jelas dr Tan.
“Kemudian anak harus dimulai dilatih dengan finger food.Yaitu buah atau wortel kukus lunak yang bisa dia genggam, kunyah, dan telan” jelasnya panjang lebar.
Anak juga harus dilibatkan dalam proses makan. “Ingat, usia 8 bulan, dia sudah tidak mau lagi bubur becek!” Tegas dr Tan.
Ahli gizi masyarakat yang kerap memberikan ilmu gratis itu juga menyebut, memang di luar sana banyak produk biskuit kemasan yang berserakan. Namun dengan mengonsumsi itu, anak jadi tidak terlatih mengunyah. Hanya menikmati sensasi kriuk di awal nya saja.
Ia pun meminta kepada orang tua untuk tetap mengecek buku KIA untuk belajar.
“Cek buku KIA, bayi naik tekstur usia berapa” tutupnya. (*)