Mengenal ‘Gong Datu Pateq Mambalan’, salah satu benda pusaka berusia 400 tahun

Lombokvibes.com, Lombok Barat– Selain keris Karang Bagean, Gong Datu Pateq adalah salah satu pusaka peninggalan Kedatuan Mambalan yang tersisa yang sampai saat ini masih tetap dijaga dan dirawat.

Seperti yang dikutip dari Kepala Desa Mambalan Apink Alkaf, salah satu ritual yang dilakukan dalam menjaga dan melestarikan benda pusaka ini yakni prosesi penurunannya. Prosesi ini dilakukan dalam pemerasan seperti yang digelar dalam Lintang Haul Desa Mambalan ke 155 lalu. Ritual ini bukanlah peristiwa yang sering dilakukan. Bahkan, terakhir kali Gong Datu Pateq ini dikeluarkan sekitar lima tahun lalu.

Tentu, proses ritual menurunkan pusaka yang berusia lebih dari 400 tahun ini terdapat prosesi khusus yang dikawal langsung oleh para tetua dan tokoh adat Mambalan.

Ritual penurunan dan pemerasan Gong Datu Pateq inipun harus dilakukan oleh kerabat terdekat dari si pemilik gong atau trah keturunan dari Datu Pateq itu sendiri.

Lalu, siapakah Datu Pateq?

Datu Pateq sendiri merupakan anak dari Datu Ketawang yang silsilah nasabnya terus ke Datu Mungkala Geni. Datu Mungkala Geni ini mempunyai dua saudara, Datu Jenggala (Kuripan ) dan Datu Karolanala (Langko).

Tiga bersaudara ini adalah keturunan dari Deneq Mas Laki – Deneq Mas Laki Galiran – Deneq Mas Laki Gigiran, dan Deneq Mas Permas Gingsiran.

Deneq Mas Permas Gingsiran inilah yang tercatat sebagai cikal bakal kedatuan Mambalan abad ke 16 atau sekitar tahun 1648.

Itulah silsilah Datu Pateq keatas. Sedangkan generasi penerus Datu Pateq dilanjutkan oleh Datu Puncang Sari yang mempunyai anak bernama Datu Hilang Bali. Datu Hilang Bali asal Mambalan ini juga mempunyai keturunan bergelar Datu Hilang Mekah.

Datu Hilang Mekah inilah yang mempunyai putra Datu Cempa. Pemusungan pertama di desa Mambalan abad 18 atau sekitar tahun 1868.

Menurut Datu Ardin, yang telah hijrah ke Pawang Tenun, Baban Kuta, Bayan, yang juga salah satu keturunan Datu Pateq, ia merupakan keturunan ke 18 dari Deneq Mas Pangeran Luh Majapahit.

Datu Ardin dan saudara-saudara nya yang sampai kini menjaga dan merawat Gong Datu Pateq tersebut. Karena, keluarga Datu Ardin bin Datu Sabda bin Datu Mugiasih bin Datu Muhammad Ali bin Datu Cempa merupakan keluarga besar komunitas Datu Karang Bagean saat ini.

Keluarga Karang Bagean inilah yang menjadi pemangku inti prosesi penurunan dan pemerasan Gong Datu Pateq pada malam puncak Lintang Haul Desa Mambalan ke 155, Senin malam (21/8) lalu. Sementara tokoh adat desa Mambalan, Raden Muhammad Rais menjadi penata jalannya proses ritual sekali lima tahun ini.

Ritual penurunan Gong Datu Pateq

Ritual ini dimulai dengan proses pembersihan Gong Datu Pateq lengkap dengan aneka piranti saji dan beras pati.

Setelah ritual penurunan barulah Gong Datu Pateq yang dibungkus kain putih dikawal pemuda dengan  lima obor peneranh. Bergerak ke barat diiringi lantunan musik komunitas Kesenian Bale Ganjur, Lilir Barat menuju lokasi acara di halaman SDN 2 Mambalan.

Nuansa magis cukup kental terasa saat prosesi ritual pemerasan Gong Datu Pateq. Beberapa keluarga dan kerabat Karang Bagean maupun pengawal ritual tampak hidmat mengikuti jalannya prosesi langka ini.

Dengan sejarah panjangnya, tak heran jika Gong Datu yang tengahnya bolong ini disakralkan warga Mambalan. Bahkan masyarakat komunitas adat dari luar Mambalan hingga saat ini pun masih kerap datang ke Karang Bagean dengan hajat tertentu.

Biasanya, jika ada anak anak yang menderita gembong (penyakit benjolan) yang tidak kunjung sembuh, warga Mambalan maupun luar Mambalan sering datang meminta sarat dengan perantara Gong Datu Pateq untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT.

Disamping itu, pemerasan Gong Datu Pateq ini biasa dilakukan di musim kemarau. Maksudnya,  untuk memohon kepada Allah SWT agar diturunkan  hujan rahmat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *