Perang topat: simbol toleransi umat Islam-Hindu di Lombok Barat yang kuat

Lombokvibes.com, Lombok Barat– Puncak perayaan tradisi perang topat/ perang ketupat di Pura Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, jatuh pada Senin 27 November 2023.

Tradisi perang topat ini dihadiri oleh ribuan peserta setiap tahunnya, baik para pelancong maupun masyarakat setempat.

Pada tahun ini, tradisi perang topat dibuka langsung oleh Pj Gubernur NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi. Ia membuka acara yang bertajuk “The Power of Culture” tersebut di Pura Lingsar Lombok Barat, (27/11).

Ia pun mengajak masyarakat, pada momentum perang ketupat tersebut dijadikan sebagai momen silaturahmi. Karena di dalam upcara Pujawali Kemaliq Lingsar ini terdapat sebuah pelajaran tentang toleransi.

“Pujawali perang ketupat bukan hanya sebagai ritual tahunan melainkan momentum mengecas spirit toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan dalam mengisi proses pembangunan daerah maupun negara,” ungkap Miq Gite sapaan akrab Pj Gubernur.

Selain itu, Miq Gite mengingatkan kepada masyarakat menjelang perhelatan pesta demokrasi untuk bersama-sama menyukseskan pemilihan umum, pemilihan Presiden, Gubernur Bupati/Walikota 2024.

(Foto: Pj Gubernur NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi saat membuka acara Pujawali dan Perang Topat yang bertajuk “The Power of Culture” tersebut di Pura Lingsar Lombok Barat, (27/11).

“Jangan hanya gara-gara beda aspirasi, beda pilihan dijadikan sumber-sumber konflik yang menimbulkan perpecahan sehingga merugikan kita semua,” tuturnya.

Tak lupa, Miq Gite menyampaikan terimakasih kepada Bupati Lombok Barat, untuk bersama-sama menjaga warisan.

“Mudah-mudahan dari tahun ke tahun, spirit penyelenggaraan perang ketupat ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya.

Rangkaian acara Perang Topat

Sebelumnya, Bupati Lombok Barat, Hj. Sumiatun menyampaikan perang ketupat ini merupakan tradisi budaya masyarakat Lombok yang diselenggarakan setiap tahun di Desa Lingsar.

“Tepatnya di Pura Lingsar sebagai warisan leluhur dilaksanakannya sebagai rasa syukur atas hasil panen yang melimpah,” ungkapnya.

Ditambahkan Sumiatun, perang topat ini diawali dengan ritual di kemaliq Pura Lingsar kemudian masyarakat Hindu dan Muslim melakukan tradisi saling lempar ketupat sebagai perwujudan toleransi pluralisme yang hidup terjaga di tengah-tengah masyarakat.

Turut Hadir dalam kegiatan tersebut, unsur Forkompimda Lombok Barat dan Forkompimda Lombok Barat, Kepala OPD lingkup Pemprov dan Lombok Barat, Camat se-kabupaten Lombok Barat, tokoh agama tokoh masyarakat, pemuda Lingsar dan sekitarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *