Lombokvibes.com, Mataram- Memiliki kekayaan alam yang luar biasa, Indonesia menjadi negara ke-4 sebagai produsen kopi terbesar di dunia. Namun, lambat negara ini akan kehilangan salah satu komoditi ini dan bisa kehilangan pasar ekspornya.
Tanaman kopi diprediksi akan punah. Pada tahun 2050, sebanyak 60% tanaman kopi akan punah akibat krisis iklim. Tanaman yang punah ini, termasuk jenis kopi arabika dan robusta. Nah, gimana nih pecinta kopi, sedih banget kan?
Padahal, kopi menjadi jenis minuman favorit dari generasi ke generasi. Bahkan, Gen Z saat ini, selalu membutuhkan kopi untuk diminum di tongkrongan maupun tempat main.
Mengutip laman Greenpeace, 45% anak muda atau Gen Z menjadikan kopi sebagai kebutuhan primer.
Namun, krisis iklim bisa membuat tanaman kopi hilang alias punah. Krisis iklim bisa menurunkan kualitas kopi yang ada. Sebagai contohnya, di Banjarnegara, perempuan petani kopi merasa terpukul akibat gagal panen kopi secara terus menerus.
Hujan yang turun sepanjang tahun yang kemudian berdampak pada bunga yang rontok membuat petani gigit jari. Gagal panen pun terjadi.
Krisis iklim ini semakin dipercepat oleh pembakaran batu bara yang semakin marak terjadi di Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia melepas 700 ton emisi karbon per tahun dan hal ini menjadikan Indonesia menduduki 10 besar negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. PLTU Batu Barat nyatanya memiliki dampak sebesar itu terhadap krisis iklim, perubahan cuaca, panas yang ekstrem, gagal panen, dan sejumlah bencana lainnya yang semakin terasa.
Hal ini setidaknya bisa diatasi jika pemerintah bisa dan mau berhenti membangun PLTU batu bara. Pemerintah bisa fokus menggunakan energi terbarukan. (*)