Lombokvibes.com, Lombok Barat– Kabupaten Lombok Barat (Lobar) memiliki adat budaya dan tradisi warisan leluhur yang masih tetap dijaga sampai saat ini. Salah satu tradisi yang tetap dilestarikan adalah Bekarah.
Bekarah sendiri merupakan acara penamatan atau kelulusan bagi para penghafal Al-Qur’an atau yang belajar mengaji.
Salah satu tempat yang tetap menggelar tradisi Bekarah ini adalah Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashfiya NWDI, Manggong, Desa Batu Kumbung, Lingsar, Lombok Barat.
Para santri dan santriwati yang telah dinyatakan lulus menghafal Al-Qur’an di Ponpes Al-Ashfiya ini akan menyerahkan dulang atau seserahan yang berisi makanan kepada guru mengaji (ustadz dan ustadzah) serta para tamu undangan yang hadir.
Selain itu, para santri dan santriwati juga menyerahkan taekan, atau sedekah kepada guru mengaji mereka sebagai bentuk ucapan terima kasih dan rasa syukur atas ilmu pengetahuan yang didedikasikan.
Para orang tua santri dan santriwati akan ramai-ramai menghadiahkan seserahan mereka. Isi dari seserahan ini pun baragam. Jika pada dulang makanan, para orangtua santri akan mengisi dengan beragam lauk-pauk, buah-buahan, serta jajanan atau kue khas Lombok seperti Tareq, Dodol, Bulayak, Bantal, dan lain-lain.
Sementara, seserahan yang diberikan pada guru mengaji berupa perabot rumah tangga sederhana, sebagai ucapan terima kasih mereka.
Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Pariwisata Kabupaten Lombok Barat Irman Sumantri, yang turut hadir dalam acara Bekarah Ponpes Al-Ashfiya, bersyukur bahwa masyarakat di Desa Batu Kumbung ini tetap melestarikan salah satu tradisi yang unik ini.
Dia pun berharap, kedepan acara Bekarah di-link-an dengan event pariwisata lain. Sehingga, tradisi unik ini bisa dikenal oleh khalayak ramai, baik tamu domestik maupun mancanegara.
“Jadi nanti kita coba koneksikan dengan acara-acara yang lain, yang bisa kita suguhkan ke tamu, jadi ini akan menjadi sebuah rangkaian acara yang panjang,” jelas Irman yang telah bertahun-tahun menggeluti dunia pariwisata itu.
Dia pun menegaskan, bahwa tradisi unik yang masih dijaga masyarakat ini menjadi sesuatu yang bisa dijual dan Pariwisata di Lombok Barat itu tidak hanya tentang event Perang Topat serta keindahan Pantai Senggigi.
“Jadi, pariwisata Lombok Barat itu ada banyak sekali, termasuk tradisi Bekarah ini,” sebut dia.
Sementara, Pengasuh Ponpes Al-Ashifiya H. Mariadi Idris S.Ag., menyebutkan, tradisi yang digelar tiap tahun ini merupakan salah satu cara untuk membumikan Al-Quran. Para orang tua harus lebih sadar agar anak-anak mereka mau dan tekun mempelajari Al-Quran.
“Jadi kami di sini hanya mempersiapkan mereka agar bisa punya bekal. Kebetulan yang mengaji juga banyak dari dusun yang di luar. Kalau Bekarah sendiri memang sebagai bentuk pelestarian tradisi dan wujud syukur, apresiasi kepada para guru,” pungkasnya. (*)