Lombokvibes.com, Jakarta- Pada saat debat pilpres 2024, Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, sempat menanyakan soal greenflation kepada Mahuf MD.
Namun, istilah ini tidak banyak yang mengenal, bahkan setelah debat usai, banyak yang menanyakan soal istilah ini. Sebenarnya apa sih greenflation itu?
Greenflation adalah kenaikan tingkat harga atau inflasi yang terjadi akibat transisi hijau dari sektor yang merusak ke ramah lingkungan. Salah satunya adalah dari energi fosil ke energi bersih terbarukan.
Mengutip Greenpeace Indonesia, greenflation terjadi karena penerapan pajak karbon untuk PLTU batubara dan bahan bakar fosil.
Kemudian, naiknya tarif listrik karena biaya pembangkit energi terbarukan yang masih lebih mahal dibandingkan Pembangkit Listrik batubara yang biasa terjadi di awal transisi energi.
Selain itu, kenaikan harga ini juga dikarenakan meningkatnya harga baku kendaraan listrik dan panel surya karena tingginya permintaan dibandingkan pasokan saat beralih ke energi bersih.
Greenflation ini dikatakan, memang menjadi tantangan dalam transisi energi bersih. Tetapi bukan alasan untuk menghentikan transisi energi yang memang merupakan sebuah keharusan.
Untuk mengatasi greenflation ini, ada beberapa cara. Pertama, peningkatan kesadaran. Kedua, perencanaan yang matang dan strategi mitigasi yang efektif, karena dapat memastikan transisi yang adil, terjangkau, dan berkelanjutan bagi Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga perlu merancang kebijakan fiskal dan pembelanjaan inovatif untuk meredam hal ini melalui subsidi listrik dan insentif pajak bagi produsen dan pengguna energi listrik terbarukan. (**)