Lombokvibes.com, Mataram– Dampak krisis iklim semakin terasa akhir-akhir ini. Suhu di beberapa tempat bahkan mencapai angka yang membuat tercengang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI juga telah beberapa waktu lalu mencatat, beberapa wilayah di Indonesia mengalami kondisi sangat terik di siang hari dengan suhu mencapai 38°-43° celcius.
Tak hanya di Indonesia, meningkatnya suhu bumi akibat pemanasan global ini juga dirasakan di sebagian besar negara lain.
Di Brasil contohnya, sungai Amazon mengalami kekeringan parah. Kekeringan yang terjadi pun cukup ngeri dirasakan. Kekeringan yang terjadi merupakan dampak dari pemanasan global serta fenomena El Nino.
Suhu bumi yang meningkat sendiri merupakan salah satu dampak dari krisis iklim. Hal ini pun disebabkan oleh banyak hal, termasuk penebangan hutan secara liar yang dijadikan sebagai lahan, bangunan, bahkan produk untuk memuaskan gaya hidup manusia.
Produk yang dihasilkan dari kayu-kayu ini pun sangat mudah dijumpai. Baik pakaian, alat makan, tas fesyen kekinian, kertas, maupun tisu yang membutuhkan jumlah pepohonan yang sangat besar.
Tisu dan Pohon
Kebutuhan akan tisu yang menelan banyak pepohonan ini mungkin terkesan disepelekan. Nyatanya, WWF memperkirakan sebanyak 270.000 pohon ditebang untuk dijadikan tisu yang berakhir di tempat sampah. Selain itu, Environment Canada mencatat sebanyak 0,0024 ha hutan yang dikorbankan dan 324.000 liter air secara sadar digunakan dalam produksi satu ton tisu.
Jika produksi terus dilakukan, maka bisa diprediksi seluas apa hutan dikorbankan dan sebanyak apa pohon yang akan ditebang.
Namun, konsumsi tisu tersebut nyatanya bergantung pada preferensi dan kesadaran pribadi. Sebagai contohnya, Robin Greenfield, seorang aktivis lingkungan dengan kesadaran dan pengetahuan cukupnya, mampu membuat gerakan pemanfaatan tisu alami dari daun coleus barbatus agar pepohonan tidak terus ditebang.
Melalui akun instagram pribadinya, ia tetap menyuarakan isu lingkungan termasuk bagaimana memanfaatkan alam sekedarnya tanpa harus merusak dan mengeksploitasi. Seperti halnya pemanfaatan daun coleus barbatus ini.
Robin menyebut, ia tak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk kebutuhan tisu toilet. Dengan tekstur daun coleus yang lembut, daun ini bisa dijadikan tisu wajah maupun tisu toilet.
Mengenal lebih dekat manfaat Coleus Barbatus
Daun coleus barbatus atau bangun-bangun, memiliki sinonim Plectranthus barbatus Andrews. Mengutip Socfindoconversation, tumbuhan ini bisa dimanfaatkan sebagai obat alami. Hal ini karena daun coleus memiliki kandungan forskolin, diterpen (1-oxo-nanoyl oxide (8,13-epoxy-labd-14-en-11-one)), asam rosmarinic, flavonoid glukuronida, fenolik, saponin, flavonoid, limonene, tanin, carbacrol, thyomol, siniaol, ugenol, dan minyak atsiri.
Bagian tumbuhan coleus barbatus yang bisa dimanfaatkan adalah akar, batang, dan daunnya.
Coleus Barbatus sendiri bisa berkhasiat untuk menyembuhkan hipertensi, kesehatan jantung, glaukoma (kerusakan saraf mata), eksim dan kulit infeksi, kolik, nyeri buang air kecil, insomnia, kejang-kejang, menyembuhkan penyakit hati dan perut, mencegah perkembangan sel kanker, mengurangi sakit asma, mengobati wasir, hiperteroid, menjaga kesehatan tulang, cacingan, mengatasi obesitas, memiliki aktivitas sebagai analgesik, antioksidan, dan antibakteri.