Lombokvibes.com, Lombok Tengah– Salah satu masakan khas yang sangat spesial di Lombok adalah masakan nyale, yang hanya bisa dinikmati setahun sekali, tepatnya pada saat acara Bau Nyale.
Keunikan dan keterbatasan bahan baku menjadikan masakan ini menjadi sangat khas dan eksklusif, menjadi bagian penting dalam tradisi dan kebudayaan masyarakat Sasak, suku asli Lombok.
Nyale sendiri adalah hewan laut yang berwujud seperti cacing pita panjang dengan warna-warni yang menarik. Nyale hidup di karang-karang laut dan hanya muncul di pantai selatan Pulau Lombok sekitar pertengahan atau akhir bulan Februari.
Fenomena kemunculan nyale ini terjadi saat air laut surut, biasanya pada waktu subuh antara pukul lima hingga delapan pagi, di mana warga setempat turun ke laut untuk menangkapnya.
Pesta tahunan yang dikenal dengan nama Bau Nyale ini, diadakan untuk merayakan kemunculan nyale. Acara ini memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat Lombok, terutama masyarakat Sasak.
Menurut legenda setempat, nyale diyakini sebagai jelmaan dari Putri Mandalika yang menceburkan diri ke laut selatan untuk mengakhiri konflik antara para pangeran yang memperebutkannya. Legenda ini memberikan nilai magis yang mendalam pada nyale, menjadikannya bahan yang sangat spesial dan sakral.
Acara Bau Nyale bukan hanya acara budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang menarik perhatian pengunjung dari dalam negeri maupun luar negeri.
Setiap tahun, ribuan orang, baik wisatawan maupun penduduk lokal, datang ke pantai selatan Lombok untuk merayakan pesta tangkap nyale yang berlangsung selama dua hari, yaitu “jelo bojaq” dan “jelo tumplah”. Selama dua hari ini, warga dan pengunjung beramai-ramai turun ke laut menggunakan alat tradisional bernama “sook” atau “sorok” untuk menangkap nyale yang berwarna-warni tersebut.
Masakan Nyale: Hidangan Spesial yang Langka
Masakan nyale menjadi bagian tak terpisahkan dari acara Bau Nyale. Setelah nyale ditangkap, hewan laut ini biasanya diolah menjadi berbagai hidangan tradisional yang lezat.
Masakan nyale sering kali disajikan bersama nasi putih dan sayur bening, menciptakan kombinasi rasa yang segar dan nikmat. Hidangan ini menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan bagi masyarakat Sasak, yang mempersembahkan masakan ini dalam perayaan tradisi mereka.
Namun, masakan nyale ini bukanlah hidangan yang mudah ditemukan di restoran atau hotel di Lombok. Mengingat nyale hanya muncul sekali dalam setahun, membuatnya menjadi bahan yang sangat sulit didapat.
Selain itu, karena bentuknya yang mirip cacing, tidak semua orang merasa nyaman untuk mengonsumsinya, meskipun rasa yang dihasilkan sangat unik dan kaya akan cita rasa laut. Hal ini menjadikan masakan nyale sangat istimewa dan hanya bisa dinikmati oleh mereka yang cukup beruntung untuk mendapatkannya saat acara Bau Nyale.
Masakan nyale ini adalah sebuah keunikan kuliner yang menggambarkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Sasak di Lombok. Dengan bahan baku yang hanya tersedia sekali dalam setahun, masakan ini menjadi hidangan langka yang penuh makna budaya.
Meskipun belum banyak tersedia di restoran, nyale tetap menjadi salah satu sajian yang paling dinantikan oleh masyarakat lokal, baik sebagai makanan yang menggugah selera maupun sebagai bagian dari sebuah tradisi yang sarat akan legenda dan simbolisme.