Lombokvibes.com, Mataram– Krisis iklim mulai sangat dirasakan dampaknya. Jumlah hutan yang menjadi paru-paru bumi sudah mulai berkurang. Ladang dan persawahan yang menjadi sumber pangan juga sudah digantikan oleh bangunan-bangunan beton manusia.
Kita, mungkin sudah melihat bagaimana dulunya pemandangan hijau yang terbentang luas di hadapan kita kini pelan-pelan sudah berubah menjadi rumah-rumah, gedung-gedung, dan pusat perbelanjaan.
Setiap hari, cuaca yang dirasakan semakin gerah karena suhu bumi terus meningkat. Pohon-pohon dan rerumputan hijau sudah jarang sekali bisa ditemukan di pinggir jalan.
Mungkin sebagian dari kita belum menyadari bagaimana dampak dari kerusakan bumi yang menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim yang terus semakin memburuk ini juga akan sangat berdampak pada kelangsungan hidup kita. Baik dari segi akses kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan.
Krisis iklim nyatanya sangat berdampak pada krisis pangan. Lebih tepatnya akses sumber panganan lokal yang sehat dan organik.
Salah satu contoh nyata bagaimana krisis iklim sangat berdampak pada krisis pangan adalah kasus Desa Timbusloko yang berlokasi di Demak, Jawa Tengah.
Seperti yang dikutip dari Green Peace Indonesia, Desa Timbusloko dulunya adalah desa yang sejuk karena merupakan hamparan sawah yang produktif dan perkebunan yang luas.
Masyarakat di Desa Timbusloko loko ini biasanya dapat hasil panen yang melimpah karena buminya yang subur.
Namun, karena akibat dari pembangunan yang serempangan di pesisir utara yang juga diperburuk oleh krisis iklim, arus air laut kemudian berubah. Air pun masuk ke daratan wilayah pesisir Demak.
Garis pantai di sekitar tempat ini menyusut, bahkan 3-5 kilometer dalam dua dekade terakhir.
Masyarakat juga pernah mencoba mengubah lahan mereka ini menjadi tambak ikan, namun kini, tambak-tambak tersebut telah terendam di bawah permukaan air laut.
Desa ini hanya satu dari sekian banyak contoh bagaimana dahsyatnya dampak perubahan iklim pada kehidupan manusia, dan mahluk hidup pada umumnya.
Bahkan, pada 2050, organisasi pangan dunia FAO memperkirakan,dunia akan menghadapi bencana kelaparan akibat krisis iklim yang berdampak pada penurunan hasil panen serta gagal panen.