Lombokvibes.com, Lombok Utara– Klaster kacang mete di Kabupaten Lombok Utara menjadi penerima program desa devisa pertama di NTB dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank.
Program desa devisa tersebut merupakan program yang diciptakan LPEI sebagai upaya untuk mendorong peningkatan daya saing ekspor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam program desa devisa tersebut, diberikan pendampingan dan pengembangan kapasitas pelaku usaha berorientasi ekspor.
Kegiatan Pendampingan dan pelatihan desa devisa klaster kacang mete Lombok Utara dibuka langsung oleh Bupati Lombok Utara H. Djohan Sjamsu, SH dan dihadiri juga oleh Kepala Departemen Jasa Konsultasi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Nila Meiditha, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB Baiq Nelly Yuniarti AP., M.Si, Kepala Diskoperindag KLU H. Haris Nurdin S.Sos, serta beberapa undangan lainnya.
Kadis Perdagangan Provinsi NTB Nelly menyampaikan, terdapat banyak potensi yang dimiliki NTB namun beberapa komuditi melakukan ekspor tanpa tercatat oleh dinas terkait hal tersebut terjadin dikarenakan banyaknya ekspor yang dilakukan dari daerah lain,maka tercatat sebagai potensi daerah lain.
“Kami meminta para petani komuditi yang akan melakukan ekspor untuk melakukan koordinasi dengan Dinas Perdagangan, sehingga tercatat secara resmi dan mendapatkan SKA dari daerah,” katanya.
Kacang mete Lombok Utara sendiri telah berhasil diekspor ke New Zeland dan akan ke Singapore. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas kacang mete KLU baik. Selain komuditi tersebut, pemerintah sedang berusaha mendorong vanili organik, yang telah mendapatkan permintaan ekspor sebanyak 23 ton untuk NTB.
Luas lahan komuditi kacang mete di KLU sendiri saat ini sebanyak 6581 hektar dengan produksi sebesar 764 ton.
“Permintaan terus bertambah, untuk itu kita perlu memperbanyak hasil pertanian dengan kualitas yang baik, dengan begitu dengan adanya pendampingan dan pelatihan-pelatihan seperti ini menjadi sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Jasa Konsultasi LPEI menyampaikan dengan adanya kolaborasi yang baik antara pemerintah Provinsi dan daerah untuk meningkatkan potensi daerah, maka kegiatan ekspor juga akan dengan mudah terlaksana.
“Komuditas kacang mente yang berasal dari KLU memiliki ukuran yang lebih besar dan dengan rasa yang lebih gurih dibandingkan dengan daerah lain,” imbuhnya.
Sementara, dipilihnya KLU sebagai lokasi dilaksanakannya program pendampingan ini selain melihat dari kuliatas kacang mete yang dimiliki, juga melihat aksi pelestarian yang dilakukan.
Sementara itu, Bupati Djohan menyampaikan, bahwa kegiatan pelatihan desa devisa merupakan peluang bagi para petani kacang mente di KLU untuk mampu mengembangkan kualitas hasil pertaniannya dan juga melakukan pengembangan sehingga dapat meningkatkan jumlah ekspor, dalam rangka memulihkan kondisi ekonomi masyarakat di KLU.
“Pesan saya agar potensi KLU yang ada bukan hanya mente tapi masih banyak lagi diantaranya vanily, porang dan lainnya sebagainya untuk itu diperlukan kemauan masyarakat untuk mengelola dan berinisiatif untuk mengembangkan potensi tersebut,” ucapnya.
Dengan banyaknya potensi daerah yang dimiliki, diperlukan juga kemauan dari para masyarakat untuk mengelolanya dan mengembangkan setiap potensi yang ada di KLU.
“Saya menyambut dengan baik program ini, karena manfaatnya akan sangat baik bagi kemajuan daerah kedepannya,” pungkasnya.