Harga beras meroket, Bupati klaim warga KLU tidak terdampak, sudah biasa makan singkong

Lombokvibes.com, Lombok Utara– Harga bahan pokok beberapa waktu terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan di semua daerah. Tak terkecuali di Provinsi NTB.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkap alasan di balik kenaikan harga beras ini. Di Indonesia, kenaikan harga beras terjadi karena pasokan produksi yang sangat kurang. Produksi beras ini, berkurang karena disebabkan oleh dampak krisis iklim ekstrem yang menyebabkan gagal panen.

Kegagalan panen ini sangat berdampak pada kelangkaan pasokan beras. Tak hanya masyarakat, para pedagang pun hanya bisa gigit jari di tengah kenaikan harga bahan pokok yang melonjak ini.

Hilda (43), salah satu pedagang warung, mengatakan, sudah sepuluh hari harga beras terasa setinggi langit. Per kilogram, harga beras sudah mencapai 19.000 hingga 19.500. Untuk beras lokal dengan berat 5Kg, ia jual dengan harga 91.500. Angka ini hanya memiliki selisih kecil dari harga yang ia beli sebagai pedagang.

“Saya ambil untungnya 1000 saja,” ujarnya sambil menghela nafas.

Kenaikan harga beras ini, kata dia, sangat menyakitkan. Karena ia harus menambah modal dan banyak oknum yang bisa memainkan harga pasar.

Selain menjual beras, beberapa jenis bahan pokok juga dijualnya seperti telur dan minyak goreng mengalami kenaikan harga yang signifikan. “Semua serba mahal sekarang,” katanya lagi.

Sementara, menanggapi kenaikan harga beras yang tinggi terutama menjelang bulan puasa ini, Bupati Lombok Utara H.Djohan Sjamsu pun angkat bicara.

Dikatakan dia, pihaknya akan menggelar operasi pasar agar harga bahan pokok terutama beras tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat.  Bahkan ia berencana untuk memberikan bantuan beras kepada masyarakat jikalau ketersediaan bahan pokok pada bulan puasa tidak mencukupi.

“Nanti saya panggil kepala dinas, untuk memantau harga pasar. Ya di pertengahan bulan puasa nanti kita gelar operasi pasar, atau bantuan beras atau bagaimana lah nanti,” ujar Djohan (28/2).

Ia menyebut, kenaikan harga beras ini tidak terlalu berdampak di KLU. Dia mengklaim, warga KLU tidak ada yang membuat keributan karena kenaikan ini, karena sudah terbiasa mengonsumsi bahan pangan lain seperti jagung dan singkong.

“Syukurnya kita di KLU ini tidak berpengaruh (kenaikan harga beras, red). Kita biasa makan ambon (singkong,red), makan jagung, jadi ngga ribut kita seperti daerah lain,” kata Djohan sambil terkekeh. (**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *