Ramai postingan ramalan gempa di Lombok bikin warganet panik, ini kata Kepala BMKG Mataram

Lombokvibes.com, Mataram– Beredar sebuah postingan di sosial media Facebook mengenai ‘clue’ akan ramalan terjadinya bencana di Lombok, NTB. Postingan tersebut diunggah oleh sebuah akun Facebook bernama Edi nugroho, seorang profesor bidang Seismologi.

Dalam postingan tersebut, Edi, yang akrab disapa Prof Didi memberi peringatan kepada warga agar waspada.

“BELEQ. Ndek kocet. Agwinanamastu. Tetap wadpada” tulisnya.

Unggahan tersebut menuai komentar warganet, terutama yang berasal pulau Lombok. Banyak warganet berspekulasi bahwa postingan tersebut merupakan sebuah clue atau tanda akan adanya bencana yang merujuk pada Pulau Lombok karena menggunakan bahasa Sasak, dimana kata ‘Beleq’ berarti besar dan kata ‘ndek kocet’ berarti tidak kecil.

Unggahan tersebut ramai diperbicangkan, sampai dengan saat ini telah dibagikan ribuan kali. Banyak warganet yang mengaku ketakutan lantaran masih mengalami trauma akan gempa Lombok 2018 silam.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram Ardhianto Septhiadi S.Si mengatakan, masyarakat untuk tidak panik dan ribut. Karena, dari teknologi di negara manapun, belum ada yang bisa memprediksi gempa bumi.

“Sehingga untuk prediksi kami himbau tidak perlu diributkan dan panik,” kata Ardhianto, Minggu (31/2/2024).

Ia pun meminta agar masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi. Masyarakat diminta untuk selalu selalu mengupdate informasi dari kanal resmi BMKG maupun BMKG stasiun Geofisika Mataram terkait informasi gempa bumi di wilayah NTB.

“Jangan mudah mempercayai informasi dari kanal yang tidak resmi,” imbuhnya.

Selain itu, ia menekankan agar masyarakat bisa mempelajari 3 Tanggap sebagai bentuk kesiapsiagaan dan kewaspadaan akan bencana, yakni tanggap GEMPA, Tanggap Peringatan, Tanggap Evakuasi.

“Tanggap gempa artinya tau apa yg dilakukan pada saat terjadi gempa, gempa bisa terjadi kapan saja dan kita tau cara menghadapinya, tanggap peringatan dan tanggap evakuasi apabila ada tsunami. Budaya tanggap bukan berarti panik dan was was serta ribut dalam memahami gempa itu sendiri,” tegasnya.

“Sehingga, kita yang tinggal di daerah NTB tentunya perlu belajar akan hal ini,” sambungnya. (**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *