Ekosistem bawah laut Gili Trawangan terancam dampak pengeboran tak berizin

Lombokvibes.com, Lombok Utara– Ekosistem bawa laut Pulau Gili Trawangan, Lombok Utara, mengalami ancaman serius akibat limbah pengeboran pipa.

Sekitar 1.600 meter persegi kawasan konservasi di pulau ini mengalami pencemaran yang diduga berasal dari limbah aktivitas pengeboran yang dilakukan oleh PT Tirta Citra Nirwana (TCN).

Masrun, perwakilan warga Gili Indah, mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait pencemaran ini.

“Material yang diduga sebagai limbah telah menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius. Ini bisa merusak ekosistem terumbu karang kita,” ujarnya.


Masrun menambahkan, dampak pencemaran ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam keberlanjutan pariwisata di Gili Trawangan, yang terkenal dengan wisata baharinya.

Menanggapi keluhan warga, Pengelola Ekosistem Pesisir dan Laut BKKPN Kupang Wilker Gili Matra, Martanina, menyatakan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan PSDKP dan Polairud Polres Lombok Utara untuk melakukan investigasi.

“Kami sudah mengambil sampel material yang diduga limbah tersebut untuk diuji di laboratorium. Sementara menunggu hasil uji laboratorium, kami telah menghentikan pengeboran yang dilakukan PT TCN karena mereka belum memiliki izin,” tegas Martanina, Selasa (4/6/2024).


Martanina menjelaskan, PT TCN telah telah memiliki izin pengeboran di tempat lain, namun mereka malah melakukan aktivitas di wilayah yang tidak berizin.

“Di tempat  mereka melakukan aktivitas sekarang, izinya masih dalam proses pengajuan,” jelasnya.

(Foto: Pengelola Ekosistem Pesisir dan Laut BKKPN Kupang Wilker Gili Matra, Martanina/dok.Riza Lv.stock)

Akibat pengeboran ini, perempuan yang akrab disapa Nonik ini menyebut,  terumbu karang yang tertutup lumpur tidak hanya kehilangan keindahannya, tetapi juga mengancam kehidupan biota laut yang bergantung pada ekosistem tersebut.

Langkah cepat telah diambil oleh pihak berwenang untuk menghentikan aktivitas pengeboran dan mengusut tuntas dugaan pencemaran ini. Martanina berkomitmen untuk memastikan bahwa kawasan konservasi di Gili Trawangan tetap terlindungi dan berkelanjutan.

“Kami akan mengusut tuntas dugaan pencemaran lingkungan ini. Keberlanjutan kawasan konservasi di Gili Trawangan adalah prioritas kami,” katanya.

Kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Gili Trawangan, bersama dengan Gili Meno dan Gili Air, adalah aset berharga yang tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga dunia.

Upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta diperlukan untuk memastikan bahwa keindahan dan keanekaragaman hayati di wilayah ini tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *