Lombokvibes.com, Jakarta– Tiktok Indonesia berkomitmen penuh untuk menjaga keamanan digital bagi pengguna, khususnya bagi pengguna remaja.
Seperti yang diketahui, pengguna internet sendiri didominasi oleh usia remaja. Hal ini dapat dilihat dari data UNICEF yang menunjukkan bahwa 95 persen anak usia 12-17 tahun mengakses internet minimal dua kali sehari.
Namun, sayangnya, sekitar 500 ribu remaja mengalami eksploitasi seksual atau perlakuan tidak pantas di dunia maya.
Anggini Setiawan, Communication Director TikTok Indonesia mengungkapkan, banyak remaja yang sebenarnya ingin mendapatkan panduan terkait keamanan digital dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.
“Sebagai bentuk komitmen, TikTok terus menghadirkan fitur dan kebijakan yang mendukung lingkungan digital yang aman bagi remaja,” ujar Anggi pada acara Workshop keamanan digital bagi remaja bersama AMSI dan Sejiwa, (31/1/2025)
TikTok menerapkan berbagai kebijakan ketat untuk melindungi penggunanya, terutama remaja. Beberapa langkah yang diambil antara lain:
- Batasan usia pengguna
Anak di bawah 14 tahun tidak dapat membuat akun. Sementara itu, bagi pengguna berusia 14-17 tahun, terdapat pembatasan fitur agar pengalaman mereka tetap aman.
2. Sistem verifikasi usia
TikTok meminta pengguna memasukkan tanggal lahir saat registrasi. Jika ada upaya manipulasi usia, sistem akan mendeteksinya.
3. Pengawasan orang tua
Dengan rating 12+ di App Store dan Play Store, orang tua dapat mengontrol akses anak terhadap aplikasi ini.
4. Penghapusan akun tak sesuai kebijakan
Sepanjang Januari-September 2024, TikTok telah menutup lebih dari 66 juta akun yang terindikasi milik anak di bawah 13 tahun.
Selain itu, TikTok juga mengembangkan fitur “Pelibatan Keluarga” serta menyediakan panduan bagi orang tua melalui situs keamanan remaja.
Selain itu, kini Tiktok juga tengah melaksanakan program Tiktok goes to school untuk melakukan kampanye proaktif di sekolah -sekolah.
Kolaborasi dengan AMSI untuk Meningkatkan Kesadaran Digital
Sebagai bagian dari upaya edukasi, TikTok menggandeng berbagai mitra, termasuk AMSI dan Sejiwa, untuk mengkampanyekan keamanan digital ke lebih banyak kalangan.
“Kami ingin menjangkau lebih banyak remaja dan orang tua dengan mengadakan edukasi langsung, termasuk menyambangi sekolah-sekolah untuk menyampaikan pesan penting tentang keamanan digital,” ujar Anggini.
Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet, terutama remaja, kolaborasi lintas sektor seperti ini menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan bertanggung jawab.
Bendahara Umum AMSI sekaligus Pemimpin Redaksi MNC Trijaya, Gaib Maruto Sigit, mengungkapkan kolaborasi ini sangat penting, mengingat media juga memiliki visi yang sama dengan platform untuk menciptakan ruang digital yang aman.
Sebagai mana yang diketahui, pengguna internet atau yang aktif di ruang digital sangat banyak. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), terdapat 221 juta pengguna internet, dengan remaja sebagai kelompok dominan, khususnya di media sosial.
“AMSI memandang keamanan digital sebagai bagian penting dalam membangun ekosistem digital yang sehat. Selain itu, kolaborasi dengan platform seperti TikTok juga menjadi langkah strategis untuk mendukung regulasi yang berencana membatasi usia pengguna media sosial,” pungkas Ghaib.